Rabu, 28 Oktober 2015
BAHAN AJAR PERAWATAN PAYUDARA
BAHAN AJAR
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PROSES
LAKTASI DAN MENYUSUI
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Mata
kuliah ini memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk memberikan Askeb pada ibu
nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep-konsep, sikap dan
ketrampilan serta hasil evidence based dengan pokok bahasan kebutuhan dasar
pada ibu nifas.
Masa nifas
adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
2. Manfaat
a.
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman tentang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Proses Laktasi dan Menyusui.
b.
Mahasiswa dapat mengaplikasikan Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Proses Laktasi dan Menyusui.
c.
Mahasiswa dapat mengevaluasi Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Proses Laktasi dan Menyusui.
3. Tujuan Pembelajaran
a.
Setelah mengikuti perkuliahan
menggunakan bahan ajar ini mahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan,
mengaplikasikan, mengevaluasi asuhan kebidanan ibu nifas proses laktasi dan
menyusui.
4. Petunjuk Belajar
a.
Mahasiswa diharapkan membawa bahan ajar
ini pada setiap jadwal pertemuan mata kuliah yang sudah ditentukan sesuai
dengan kontrak perkuliahan.
b.
Mahasiswa diharapkan membaca dan
memahami isi materi pada bab ini secara seksama dan benar.
c.
Mahasiswa mengerjakan
latihan-latihan yang ada dan dikumpulkan
pada pertemuan selanjutnya.
d.
Apabila mengalami kesulitan dalam
mempelajari bahan ajar ini bisa didiskusikan dengan kelompok ataupun bertanya
kepada dosen.
5. Entry Behaviour
Sebelum mempelajari bab ini sebelumnya telah dijelaskan anatomi
dan fisiologi payudara,
dukungan bidan dalam pemberian laktasi, manfaat pemberian
ASI,
komposisi gizi dalam ASI, upaya memperbanyak ASI, tanda
bayi cukup ASI, ASI eksklusif, perawatan payudara, cara menyusui yang benar,
masalah dalam pemberian ASI, dan dapat mengaplikasikan asuhan
kebidanan ibu
nifas.
B. Penyajian
A.
Anatomi
dan Fisiologi Payudara
1.
Anatomi
payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II
dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris
medialis. Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan, tepatnya diantara
jaringan sub kutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis
mayor.
Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita
hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa
laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi
menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui
dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, Korpus (badan), Areola,
Papila atau puting. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting
susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulitnya,
kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka
warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi
berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan
bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan
muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara
sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan
menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal
akan menarik kembali puting susu tersebut.
Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang
normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk
puting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah
bahwa puting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau
“dot” ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama
pada bentuk putting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa
menyusu dengan baik.
Gambar1. Macam-macam bentuk puting
Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yakni
kulit, jaringan subkutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus
mammae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang
terdiri dari Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus dan
Alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus
bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan
masing-masing dihubungakan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga
merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting
susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Di
daerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus
tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus
bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada
perjalanan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri
dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan
mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
Gambar 2. Payudara tampak dari samping
Gambar 3. Struktur payudara
2.
Fisiologi
payudara
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta
meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar
estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar
estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih
dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih
dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis,
sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua reflek pada ibu yang sangat penting
dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran timbul akibat
perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
a. Refleks
Prolaktin
Sewaktu bayi
menyusu, ujunga saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang.
Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak,
lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke dalam
darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk
memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan
lamanya bayi menghisap.
b. Refleks
Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang
ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior
mengeluarkan hormone prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior
mengeluarkan hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah
mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkonsetraksi
sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting
susu.
Refleks let-down
dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi
apapun. Tanda-tanda lain let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang
dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
Gambar 4. Proses
Produksi ASI (Refleks Prolaktin)
B.
Dukungan
Bidan dalam Pemberian Laktasi
1. Biarkan
bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama.
a. Membina
hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI
b. Membina
rasa hangat dengan membaringkan dan menempelkan pada kulit ibunya dan
menyelimutinya
Segera susui
bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini sangat penting
apakah bayi akan mendapat ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormone
pembuat ASI, antara lain hormone prolaktin dalam peredaran darah ibu akan
menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai upaya
untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi akan memberikan rangsangan
pada hipofisis untuk mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon oksitosin bekerja
merangsang otot polos untuk meremas ASI yang ada pada alveoli, lobus serta
duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui putting susu.
Apabila bayi
tidak menghisap putting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormone
prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan
keluar pada hari ketiga atau lebih.
2. Ajarkan
cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang
timbul.
Perawatan
yang dilakukan bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan
perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah
bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Agar tujuan perawatan ini dapat
tercapai, bidan melakukan perawatan payudara. Mengupayakan tangan dan putting
susu tetap bersih, jangan mengoleskan krim, minyak, alcohol atau sabun pada
putting susu.
3.
Bantu ibu pada waktu pertama kali
menyusui.
Segera
susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini sangat
penting apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran
hormon pembuat ASI, antara lain hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu akan
menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai
upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan bayi akan memberikan
rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin
bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus
serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui puting susu.
Posisi menyusui yang benar disini
yang penting adalah :
a. Berbaring
miring
Ini merupakan
posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu
merasa lelah atau nyeri.
b. Duduk
Penting untuk
memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu dalam posisinya tegak lurus
(90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk
bersila di tempat tidur atau dilantai atau duduk dikursi.
4.
Bayi harus ditempatkan dekat dengan
ibunya dikamar yang sama (rawat gabung/rooming in).
Tujuan
rawat gabung atau roming ini adalah :
a. Agar
ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dan dimana saja dan dapat
menunjukkan tanda-tanda bayi lapar
b. Ibu
dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi secara benar yang dilakukan oleh
bidan, serta mempunyai bekal keterampilan merawat bayi setelah ibu pulang ke
rumahnya
c. Dapat
melibatkan suami/keluarga klien secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui
dan merawat bayinya
5.
Memberikan ASI pada bayi sesering
mungkin.
Menyusui
bayi secara tidak dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain (kencing, dll) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Menyusui
yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan sangat berpengaruh
pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tidak dijadwal sesuai
kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul.
Bagi ibu menyusui yang bekerja
a. Susui
bayi sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam sekali.
b. Susuilah
bayi sebelum berangkat kerja dan segera setelah ibu tiba dirumah, terutama pada
malam hari dan selama libur dirumah.
c. Selama
ditempat kerja, ASI harus dikeluarkan, lalu dimasukkan kedalam tempat (wadah)
yang bersih dan tertutup kemudian disimpan dalam lemari es atau termos es. ASI
ini dibawa pulang, simpan lagi dalam lemari es dan diberikan oleh pengasuh
kepada bayi saat ibu bekerja esoknya. Suapkan ASI tersebut dengan sendok kecil.
d. Ibu
harus cukup istirahat dan banyak minum dan makan-makanan yang bergizi agar ASI
lancar.
Dari hasil penelitian Auerbach dkk (1984) terhadap
567 ibu bekerja juga menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI mempunyai
prestasi kerja yang meningkat.
Penelitian Cohen dkk, di Amerika pada tahun 1995
menunjukkan bahwa ibu yang mrmberikan ASI pada bayinya lebih jarang bolos (25%)
dibandingkan ibu yang memberikan susu formula pada bayinya (75%) karena bayi
yang diberikan ASI lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang diberikan
susu formula.
6.
Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.
ASI
dan kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi. Kolostrum merupakan cairan
kental kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada periode
akhir atau trimester ketiga kehamilan. Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama
setelah persalinan, jumlah kolostrum akan bertambah dan mencapai komposisi ASI
biasa/matur sekitar 3-14 hari. Dibandingkan ASI matang, kolostrum mengandung
laktosa, lemak dan vitamin larut dalam air (vitamin B dan C) lebih rendah,
tetapi memiliki kandungan protein, mineral dan vitamin larut dalam lemak
(vitamin A,D,E,K), dan beberapa mineral (seperti seng dan sodium) yang lebih
tinggi. Kolostrum juga merupakan pencahar untuk mengeluarkan mekonium dari usus
bayi dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi bagi makanan yang akan datang.
ASI
mampu memberikan perlindungan baik secara aktif maupun pasif, ASI juga
mengandung zat anti-infeksi bayi akan terlindung dari berbagai macam infeksi,
baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. Pemberian ASI
sangat dianjurkan, terlebih saat 4 bulan pertama, tetapi bila memungkinkan
sampai 6 bulan yang dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan makanan padat.
Banyak
keunggulan dari ASI yang penting disampaikan oleh bidan pada ibu menyusui,
untuk memacu agar ibu menyusui lebih bersemangat dalam memberikan ASI pada
bayinya.
Makanan
lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya
karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASInya dihisap oleh
bayi. Bila minuman lain atau air diberikan, bayi tak akan merasa lapar sehingga
ia tak akan menghisap.
7.
Hindari susu botol dan “dot empeng”.
Secara
psikologis, bayi yang disusui oleh ibunya sejak dini sudah terlatih bahwa untuk
mendapatkan sesuatu harus ada usaha yang dilakukan, semakin kuat usaha yang
dilaksanakan maka semakin banyak yang diperoleh. Berbeda dengan bayi yang
menggunakan susu botol dan kempengan, dari awal sudah membiasakan bayi dengan
menyuapi. Kebiasaan ini akan terbentuk pribadi anak menjadi malas dan kurang
berusaha, sehingga sangat merugikan bayi yang akhirnya bayi akan mengalami
bingung puting, ini terjadi bila bayi pada saat menyusui bersikap pasif
(menunggu suapan ASI), sedangkan ASI tidak akan keluar. Pada akhirnya bayi kecewa
dan menyusu dengan berkali-kali melepas isapan atau terputus-putus seperti
menyusu pada botol sedangkan mekanisme menghisap botol atau kempengan berbeda
dari mekanisme menghisap puting susu payudara ibu.
C.
Manfaat
Pemberian ASI
1.
Bagi
bayi
a. Dapat
membantu memulai kehidupannya dengan baik
Bayi yang
mendapatkan ASI mempunyai kanaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan
obesitas.
Ibu-ibu yang
diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi, umumnya berat badan bayi (pada
minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan.
Alasannya aialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera menghentikan ASI nya
setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga
dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga
penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
b. Mengandung
antibodi
Mekanisme
pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai berikut :
Apabila ibu
mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan akan disalurkan
dengan bantuan jaringan limposit. Antibodi di payudara disebut mammae associated immunocompetent lymphoid
tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang
ditransfer disebut Bronchus associated
immunocompetent lymphoid tissue (BALT) dan untuk penyakit saluran
pencernaan ditransfer melalui Gut
associated immunocompetent lymphoid tissue (GALT).
Dalam tinja bayi
yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E. coli dalam konsentrasi
yang tinggi sehingga jumlah bakteri E. coli dalam tinja bayi tersebut juga
rendah. Di dalam ASI kecuali antibodi terhadap enterotoksin E. coli. Juga
pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap salmonella typhi, shigela dan
antibodi terhadap virus, seperti rota virus, polio dan campak.
c. ASI
mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari
berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang
seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6
bulan pertama.
d. Mengurangi
kejadian karies dentis
Insiden karies
dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi disbanding yang
mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada
waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
e. Memberi
rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi
Hubungan fisik
ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang
mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang labih baik.
f. Terhindar
dari alergi
Pada bayi baru
lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang
aktivasi system ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek
ini. Pemberian protein asing yang
ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi.
g. ASI
meningkatkan kecerdasan bayi
Lemak pada ASI
adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untyuk pematangan sel-sel otak
sehingga jaringan otak bayi yang mendapat asi eksklusif akan tumbuh optimal dan
terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan
terhindar dari kerusakan sel-sel sarat otak.
h. Membantu
perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap
mulut bayi pada payudara
Telah dibuktikan
bahwa salah satu penyebab mal oklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang
mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.
2.
Bagi
ibu
a. Aspek
kontrasepsi
Hisapan mulut
bayi pada putting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior
hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan
produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Menjarangkan
kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama
6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan
belum terjadi menstruasi kembali.
b. Aspek
kesehatan ibu
Isapan bayi pada
payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.
Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada
ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
Mencegah kanker
hanya dapaar diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian
membuktikan ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki resiko terkena
kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil disbanding yang tidak
menyusui secara eksklusif.
c. Aspek
penurunan berat badan
Ibu yang
menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat nadan
semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain
karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini
sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.
Nah, dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga
timbunan lemak yang berfungsi sibagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya,
jika timbunan lemak manyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan
seperti sebelum hamil.
d. Aspek
psikologis
Keuntunagn
menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapui juga untuk ibu. Ibu akan
merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
3.
Bagi
keluarga
a. Aspek
ekonomi
ASI tidak perlu
dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula
dapat digunakan untuk keperluan lain. Penghematan juga disebabkan karena bayi
yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
b. Aspek
psikologi
Kebahagiaan
keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan
ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek
kemudahan
Menyusui sangat
praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak
perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta
minta pertolongan orang lain.
4.
Bagi
Negara
a. Menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya faktor
protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik
serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis
menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya
diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah.
Kejadian diare
paling tinggi terdapat pada anak di bawah 2 tahun dengan penyebab rotavirus.
Anak yang tetap diberikan ASI, mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi
diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh disbanding anak yang tidak
mendapat ASI. Manfaat ASI, kecuali karena adanya zat antibodi, juga nutrien
yang berasal dari ASI seperti asam amino, dipeptid, heksose menyebabkan
penyerapan natrium dan air lebih banyak, sehingga mengurangi frekuensi diare
dan volume tinja. Bayi yang diberi ASI ternyata juga terlindungi dari diare
karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri lebih kecil, mendapatkan
antibodi terhadap Shigela dan imunitas seluler dari ASI, memacu pertumbuhan
flora usus yang berkompetisi terhadap bakteri. Adanya antibodi terhadap Helicobacter
jejuni dalam ASI melindungi bayi dari diare oleh mikroorganisme tersebut. Anak
yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko 2-3 kali lebih besar menderita diare
karena Helicobacter jejuni disbanding anak yang mendapat ASI.
b. Menghemat
devisa Negara
ASI dapat
dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat
menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli
susu formula.
c. Mengurangi
subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk
rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan
bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi
biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih
jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula.
d. Peningkatan
kualitas generasi penerus
Anak yang
mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi
penerus bangsa akan terjamin.
untuk selengkapnya buka
Langganan:
Postingan (Atom)